Kamis, 30 April 2015

Memotivasi dengan Ganjaran

Menurut pendapat saya motivasi selalu di gerakan pada segala stimulasi agar tercapai kearah tujuan. Sama halnya yang terjadi di dalam kelas, sering kali siswa mengalami pasang surut dalam hal semangat dalam belajarnya. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Motivasi dapat membuat seseorang bisa menjadi lebih percaya dirinya meningkat drastis dimana motivasi nya itu harus dengan sugesti penyemangat ataupun mendorong untuk lebih percaya diri lagi dari sebelumnya. karena pada dunia pendidikan pada dasarnya adalah proses menuju kesempurnaan individu.
Teori Socrates mengatakan bahwa, setiap manusia mempunyai keinginan berbuat baik . sedangkan kejahatan yang mungkin pernah dilakukannya, hasil dari ketidak tahuan, serta buruknya takdir. Karena,siapapun yang mengetahui keburukan, secara yakni tentu tidak mungkin melakukannya.
Bullying adalah enggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan. Tindakan penindasan terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Budaya penindasan dapat berkembang dimana saja selagi terjadi interaksi antar manusia, dari mulai di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan.
Reward and Punishment di Indonesia dan di luar negeri. Sebenar nya di Indonesia sangat sekali mengedepankan Reward and Punishment supaya peserta didiknya itu lebih semangat belajar dan mau belajar tetapi di luar negeri itu sangat menolak akan Reward and Punishment itu sendiri, kenapa ? dikarenakan Reward and Punishment ini dapat membuat peserta didiknya tergantung akan adanya reward itu, jika mereka selalu diberikan reward oleh guru nya maka akan ketagihan, dalam proses belajarnya pun peserta didik itu sendiri hanya ingin mau belajar jika ada reward . nah itu kenapa alasan nya di luar negeri menentang akan Reward and Punishment.
Punishment atau hukuman itu sendiri didalam dunia pendidikan sangat tidak boleh, dikarenakan hukuman akan berdampak negatif kepada peserta didiknya , peserta didik tidak akan ada motivasi belajar lagi jika sering sekali diberi hukuman oleh gurunya. Contohnya seperti tidak mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan guru pada saat proses belajar mengajar di kelas dan seharusnya dikerjakan di rumah tetapi peserta didik itu sendiri tidak mengerjakannya jadi guru merasa kesal dengan ulah nya peserta didik dan memberinya hukuman, sebenarnya ini tidak boleh dilakukan, kenapa masih banyak guru yang memberikan hukuman kepada peserta didik, seharusnya diberhentikan
Menurut pendapat saya yang kedua,  guru harus menjadi orang tua dan guru yang baik pada saat guru tersebut mengajar,dan supaya peserta didik tersebut merasa nyaman kepada guru. Guru harus bisa menjadikan sekolah juga sebagai rumah kedua dari peserta didik supaya mereka merasa nyaman terhadap situasi di lingkungan sekolah dan mereka juga akan berprestasi dalam pada saat belajar.

Jadi yang nanat tangkap dari membaca buku “ Motivasi dengan Ganjaran ” merupakan salah satu bagaimana menjadi guru yang baik dalam lingkungan sekolahnya, supaya peserta didik senang dan bisa berprestasi dalam belajarnya.

Senin, 13 April 2015

Satu Jalan untuk Berbagi Pengetahuan Komponen Evaluasi Kurikulum

Satu Jalan untuk Berbagi Pengetahuan Komponen Evaluasi Kurikulum
Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen – komponen tertentu. komponen – komponen apa saja yang membentuk sistem kurikulum itu? Bagaimana keterkaitan antar komponen itu? Anda dapat memperhatikan bagan dibawah ini.
Bahwa sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen, yaitu : komponen tujuan, isi kurikulum, komponen metode atau strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem, setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya, maka sistem kurikulum secara keseluruhan juga akan tergganggu.
1.      Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan yang menggambarkan suatu masyarakat yang di cita – citakan, misalkan, filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat Indonesia adalah pancasila, maka tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya masyarakat yang pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan misi dan visi sekolah serta tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.
2.      Komponen Isi/ Materi Pelajaran
Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap materi pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
3.      Komponen Metode/ Strategi
Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimana bagus dan idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka maka tujuan itu tidak mungkin dapat tercapai. Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sejalan dengan pendapat diatas, T. Rajakoni mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari kedua pengertian diatas, ada dua hal yang patut kita cermati. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan atau strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian penyusunan langkah – langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.
Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, dinamakan metode. Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa jadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan pemanfaatan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran. Oleh karena itu, strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada a plan of operation achieving something, sedangkan metode adalah a way in achieving something.
Istilah lain juga yang memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda dengan strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Roy Killen (1998) misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approach) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approach). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inquiry serta strategi pembelajaran induktif. Dengan demikian, istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karena itu, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.
4.      Komponen Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum. Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian – bagian mana yang harus disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Kedua fungsi tersebut menurut Scriven (1967) adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan evaluasi sebagai fungsi formatif. Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu tes dan nontes.
Referensi :

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.