Selasa, 17 Mei 2016

bagaimana mengatasi perilaku menyimpang pada peserta didik atau remaja yang ditinjau dari segi psikologi dan agama

Nama  : M.Nanat.F
NIM     : 140641197
Kelas    : SD14A6

bagaimana mengatasi perilaku menyimpang pada peserta didik atau remaja yang ditinjau dari segi psikologi dan agama
Setiap masyarakat di manapun mereka berada pasti mengalami perubahan, perubahan itu terjadi akibat adanya interaksi antar manusia. Perubahan sosial tidak dapat dielakkan lagi, berkat adanya kemajuan ilmu dan teknologi membawa banyak perubahan antara lain perubahan norma, nilai, tingkah laku dan pola-pola tingkah laku baik individu maupun kelompok (Tjipto Subadi 2009: 21)
Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. 
Faktor Penyebab Kenakalan Remaja          
Banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan kenakalan remaja, antara lain adalah kurangnya pemupukan pendidikan agama dan moral, kehidupan yang semakin lama semakin praktis, mudah, dan serba gampang. Selain itu, bisa juga dikarenakan begitu banyaknya kebutuhan remaja, misalnya kosmetik, kendaraan, dan liburan. Apalagi bila sebenarnya keadaan ekonomi orang tuanya tidak mencukupi. Wuah, makin menjadi-jadi dah tuh remaja.
Perilaku 'nakal' remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).     
a. Faktor internal:      
1. Krisis identitas        
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.       
2. Kontrol diri yang lemah     
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya. 
b. Faktor eksternal:    
1. Keluarga     
Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja. 
2. Teman sebaya yang kurang baik   
3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Cara Mengatasi Kenakalan Remaja
Banyak penangggulangan kenakalan remaja yang bisa dilakukan, antara lain adalah disadarkan (diberi penyuluhan) tentang pergaulan yang baik, bersahabat dalam batas yang dibenarkan oleh agama dan budaya, serta bagaimana memupuk tanggung jawab yang tinggi. Remaja juga harus dididik untuk mempunyai sifat awas dan hati-hati dengan apa yang ada di sekeliling mereka. Memperluas pergaulan itu boleh sekali, tetapi tetaplah berhati-hati dalam mencari teman.
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja:   
1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.      
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.     
4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.       
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
Pendekatan melalui Agama
Guru agama dalam menjelaskan masalah kenakalan ramaja (perilaku menyimpang, penggunaan narkotik, minuman keras) bisa dengan cara memberi tugas kepada siswa untuk mencari ayat Al-Quran dan hadist nabi yang berkaitan dengan masalah tersebut, sehingga siswa akan memahami betul isi dari ajaran agama yang diyakininya berkaitan dengan permasalahan. Harus diingatkan bahwa mempelajari Al-Quran dan hadist nabi harus dimulai dengan keyakinan bukan dimulai dari keraguan sebagaimana mempelajari ilmu. Dengan demikian, tidak akan menyalahkan alquran maupun hadist jika yang terdapat dalam pikiranya berbeda. Justru dengan kejadian itu dapat dijadikan sebagai bahan renungan dan koreksi diri apa yang telah diperbuat.
Dengan strategi pemberian tugas tersebut diharapkan siswa akan mengerti menyadari, dan memahami dengan penuh makna apa yang dipelajari sehingga mereka taat akan agamanya, serta mengetahui akibat jika melakukan tindakan yang salah. Pada dasarnya setiap agama melarang umatnya memakai atau mengonsumsi norkoba. Dalam hal ini agama Islam dengan tegas melarang umatnya minum minuman keras. Agama Islam menganjurkan pada umatnya agar sesama manusia untuk saling mengenal, menolong, dan bekerjasama bukan untuk saling berkelahi., karena dengan saling tolong menolong dan bekerjasama akan mendatangkan suatu keuntungan.
Perkembangan Psikologi Remaja

Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan topan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Ciri perkembangan psikologis remaja adalah adanya emosi yang meledak-ledak, sulit dikendalikan, cepat depresi (sedih, putus asa) dan kemudian melawan dan memberontak. Emosi tidak terkendali ini disebabkan oleh konflik peran yang senang dialami remaja. Oleh karena itu, perkembangan psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi remaja.
Keadaan emosi pada masa remaja masih labil karena erat dengan keadaan hormon. Suatu saat remaja dapat sedih sekali, dilain waktu dapat marah sekali. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri daripada pikiran yang realistis. Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan orang tua dan masyarakat yang akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri dengan situasi dirinnya yang baru. Hal tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (1990), yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi akan mempengaruhi cara penyesuaian pribadi dan sosial remaja. Bertambahnya ketegangan emosional yang disebabkan remaja harus membuat penyesuaian terhadap harapan masyarakat yang berlainan dengan dirinya.
Menurut Mappiare (dalam Hurlock, 1990) remaja mulai bersikap kritis dan tidak mau begitu saja menerima pendapat dan perintah orang lain, remaja menanyakan alasan mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau dilarag, remaja tidak mudah diyakinkan tanpa jalan pemikiran yang logis. Dengan perkembangan psikologis pada remaja, terjadi kekuatan mental, peningkatan kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat dan memahami, serta terjadi peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat.






Hubungan Psikologi dan Kenakalan Remaja

Alimudin (http://tabloid_info.sumenep.go.id/) menyatakan bahwa “Manusia adalah suatu mahluk somato-psiko-sosial dan karena itu maka suatu pendekatan terhadap manusia harus menyangkut semua unsur somatik, psikologik, dan sosial.”
Psikologi secara etimologi memiliki arti “ilmu tentang jiwa”. Dalam Islam, istilah “jiwa” dapat disamakan istilah al-nafs, namun ada pula yang menyamakan dengan istilah al-ruh, meskipun istilah al-nafs lebih populer penggunaannya daripada istilah al-nafs. Psikologi dapat diterjamahkan ke dalam bahasa Arab menjadi ilmu al-nafs atau ilmu al-ruh. Penggunaan masing-masing kedua istilah ini memiliki asumsi yang berbeda.
Harapan terhadap remaja cukup banyak. Remaja adalah pewaris masa depan, pelapor pembangunan, pendobrak kebekuan dan saat bangsa dan negara dalam keadaan kritis. Harapan itu seringkali merusak serta menghambat psikologinya karena prilaku menyimpangnya. Bagaimanapun prilaku menyimpang yang dilaku kan remaja sering mendatangkan gangguan terhadap ketenangan dan ketertiban hidup dalam masyarakat.
Menurut etimologi kenakalan remaja (juvenile deliquency) berarti suatu penyimpangan tingkah laku yang dilakukan oleh remaja hingga mengganggu ketentraman diri sendiri dan orang lain. Setiap tindakan kenakalan remaja betapapun kecil dan sederhananya yang tidak mendapatkan teguran dan penjelasan untuk memperbaiki kondisi remaja ke depan. Untuk itu, mereka membuktikan bantuan orang lain yang memberikan informasi yang akurat tentang baik buruk, benar salah sekalipun cukup akrab, namun karena tidak mendapatkan akses informasi lebih baik dapat menjerumuskan ke lembah kehinaan.

Daftar Pustaka
Kartono, kartini. 2003. Patologi sosial II Kenakalan Remaja. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada
Di akses di internet (http://yayukrindawati7.blogspot.co.id/ ) pada tanggal 17 Mei 2016