Selasa, 28 Juli 2015

Artikel Kurikulum 2013

Nama : Mochamad Nanat Fatulloh
Universitas Muhammadiyah Cirebon

Kurikulum 2013

Sejak tahun 1945 kurikulum pendidikan di Indonesia mengalami perubahan berkali-kali. Dari 1947 kurikulum rencana pelajaran yang dirinci dalam Rencana Pelajaran Terurai, 1964 Rencana Pendidikan Sekolah Dasar, 1968 Kurikulum Sekolah Dasar, 1973 kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP), 1975 Kurikulum Sekolah Dasar, 1984 Kurikulum 1984, 1994 Kurikulum 1994, 1997 revisi Kurikulum 1994, 2004 rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sampai 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan saat ini akan diperbaharui menjadi kurikulum 2013 dan kembali ke Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Perubahan yang dilakukan kemendikbud dari tahun ke tahun selalu berlandaskan perubahan konseptual saja. Secara praktis, kebiasaan lama tidak pernah berubah sesuai wacana kurikulum baru. Hal itu menyebabkan kurikulum pendidikan di Indonesia belum berjalan baik.
Lahirnya kurikulum 2013 dilandasi berbagai fenomena di masyarakat. Diantaranya, kemajuan teknologi informasi, masalah globalisasi, merosotnya moral di kalangan pelajar seperti perkelahian pelajar, narkoba, kecurangan dalam ujian. Presepsi masyarakat menganggap pendidikan terlalu menitikberatkan aspek kognitif. Beban siswa dalam menerima pelajaran pun terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran. selain itu, kurangnya muatan pendidikan karakter siswa juga menjadi faktor utama munculnya kurikulum 2013.
Sebuah kurikulum terbaru yang di gunakan oleh siswa siswi mulai dari SD , SMP, SMA dan SMK yang sudah pernah di pakai dan namun sekarang sudah telah di cabut kembali “kurikulum 2013” tersebut. Mengapa demikian bisa terjadi nya di hapuskan nya kembali “kurikulum 2013” , ternyata banyak sekali  faktor penyebab nya di hapuskan nya “kurikulum 2013” yang di sebab kan oleh , penyebab “utama” nya itu belum siap nya peserta didik , belum siap nya juga para pengajar,kurang nya buku paket yang belum selesai di buat, belum ada nya evaluasi di “kurikulum 2013” yang menyebabkan nya “kurikulum 2013” di hapus dan kembali ke kurikulum KTSP 2006.

Beberapa “Kelemahan” “kurikulum 2013” itu Banyak guru yang beranggapan bahwa dengan kurikulum terbaru ini guru tidak perlu menjelaskan materinya, Padahal kita tahu bahwa belajar matematika, fisika,dll tidak cukup hanya membaca saja, Peran guru sebagai fasilitator tetap dibutuhkan, terlebih dalam hal memotivasi siswa untuk aktif belajar. Sebagian besar guru belum siap, Jangankan membuat kreatif siswa, terkadang gurunya pun kurang kreatif, Untuk itu diperlukan pelatihan-pelatihan dan pendidikan agar merubah paradigma guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang dapat memotivasi siswa agar kreatif, Selain itu guru harus dipacu kemampuannya untuk meningkatkan kecakapan profesionalisme secara terus menerus, Sebagai contoh di Singapura, dalam setahun guru berhak mendapatkan pelatihan selama 100 jam. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013. Pemerintah melihat seolah-olah guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama. Beban belajar terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama. Banyak siswa siswi SMA di sekitar sekolah juga banyak yang mengeluh akan “Kurikulum 2013” ini karena memusingkan siswa tersebut untuk menuntut ilmu yang lebih luas namun tidak dalam materi nya,siswa siswi SMA juga sering mengeluh akan jam pulang mereka semakin lama , banyak siswa siswi SMP/SMA/SMK juga mengeluh akan belajar sendiri tidak di bimbingi oleh guru , guru seakan-akan menjadi fasilitator semata tidak menjelaskan materi tersebut . siswa siswi juga mengeluh mencari materi pembelajaran sendiri seperti anak kuliah saja , seharus nya siswa siswi tersebut masih perlu di bombing oleh para guru supaya mereka bisa teratur belajar nya dan tidak melewati batas.

Ada juga “kelebihan” dari “kurikulum 2013” yaitu , Siswa dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam pemecahan masalah. Penilaian didapat dari semua aspek, Pengambilan nilai siswa bukan hanya di dapat dari nilai ujian saja tetapi juga di dapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain lain. Ada pengembangan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan). “Kurikulum 2013”  tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. . Untuk tingkat SD, penerapan sikap masih dalam ruang lingkup lingkungan sekitar, sedangkan untuk tingkat SMP penerapan sikap dituntut untuk diterapkan pada lingkungan pergaulannya dimanapun ia berada. Sementara itu, untuk tingkat SMA/SMK, dituntut memiliki sikap kepribadian yang mencerminkan kepribadian bangsa dalam pergaulan dunia. Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara proporsional). Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh pernah mengibaratkan pro-kontra “Kurikulum 2013” seperti pertangingan sepak bola. "Ibarat pertandingan sepak bola, mereka yang menolak kurikulum baru itu penonton, sedangkan pemain dan wasit dapat menerimanya," katanya dalam sebuah pertemuan dengan guru PGRI se-Jatim. "Kurikulum 2013 itu sendiri bukan sesuatu yang baru, karena merupakan kombinasi dari cara belajar siswa aktif (CBSA) dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)," ucapnya di Sidoarjo (14/5). "CBSA itu mengajarkan murid bersikap kritis, tapi orang tua belum siap. Ketika murid bersikap kritis, seringkali justru memicu benturan dengan orang tua yang masih bersikap konservatif," ungkap Mohammad Nuh . Hal yang sama, menurut dia, juga melingkupi penerapan Kurikulum 2013 yang sebenarnya lebih disebabkan oleh ketidaksiapan guru, karena mayoritas guru baru memahami KTSP, tapi tiba-tiba ada rencana perubahan menjadi “Kurikulum 2013”.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar